BREAKING NEWS

The Power Of Santri

Sabtu, 08 Januari 2022

Sengsara Membawa Nikmat

 


Saya mondok di ponpes Al Anwar Sarang selama 3 tahun, tepatnya tahun 2006-2009. Setelah itu saya ikut khidmah mengajar di MA Al Anwar mulai 2009-2012. Selama 6 tahun itu suka duka dunia pesantren sudah saya alami. Mulai dari kehabisan uang saku, kebiasaan ngirit makan dua kali sehari, mbulet di padepokan kang Malik Ibrahim , sampai mengidap penyakit legendaris santri yaitu gudiken.

Gudiken sendiri masih saya alami sampai sekarang 😂. Padahal kondisi air sudah beda, cuaca juga adem tapi masih aja gatel-gatel itu kumat sampai sekarang. Apalagi kalau habis makan telur atau ikan laut yang kaya protein, pasti dijamin akan kukur-kukur dalam waktu yang dekat. Mungkin ini adalah cobaan untuk mengurangi dosa-dosa saya, khusnuddzon yang biasa saya kedepankan. 

Dulu orang tua banyak yang bilang bahwa durung diarani santri temenan nek durung gudiken. Tapi koq ya sudah punya anak Yahya Maya Balya Royya penyakit itu masih aja cinta sama saya. Saya itu pernah stand up comedy di depan santri-santri Qudsiyyah Putri, dengan materi gudiken yang saya alami. Semua santri tepuk tangan, padahal saya menderita tiap hari. 

Namun ada satu hal yang perlu diketahui, bahwa dibalik gatalnya gudiken itu ada suatu kenikmatan tersendiri. Ya nikmatnya kukur-kukur ini hampir seimbang dengan nikmatnya jima' 😁. Kalau sudah dikukur sampai lecet ada rasa puas yang tidak bisa digambarkan. Tapi jangan ditanya setelah itu, perihnya minta ampun kalau terkena air. Mungkin inilah yang disebut sengsara membawa nikmat.

Share this:

Posting Komentar

 
Copyright © 2022 ISBAH KHOLILI. Designed by MikiAlQudsy