BREAKING NEWS

The Power Of Santri

Rabu, 27 Maret 2024

Syekh Ihsan bin Syekh Dahlan Jampes



Pagi itu kami berencana untuk menghadiri haul Syekh Zubair Dahlan di makam Simpek Sarang. Rencananya kami berangkat jam 11.00 sehingga sampai Sarang kira-kira jam 14.00. Kalau sampai makam sebelum ashar biasanya masih lengang jadi bisa langsung ziarah di depan pusara salah satu kyai alim di Sarang tersebut. Namun rencana tetaplah rencana. Sopir yang kami ajak untuk membawa kami itu tidak kunjung datang. Katanya jemput anaknya dulu tapi sampai jam 11.30 masih belum kelihatan.
Akhirnya jam 12.00 kami berangkat dari ponpes Qudsiyyah Putri menuju ke IAIN Kudus menjemput senior kami bapak Noor Aflah . Memang agenda kami setelah dari makam Syekh Zubair langsung menuju ke Ploso lewat Babat ke arah selatan. Kami mau sowan ke Gus Kautsar untuk ngaturi beliau mengisi acara di Kudus. Setelah kami pikir-pikir, ini kalau lewat Sarang, jalur Pantura biasanya macet dan akan semakin malam untuk sampai ke Ploso Kediri. Kami pun memutuskan untuk menangguhkan ziarah ke makam Mbah Zubair.
Kami pun putar balik lewat lingkar selatan menuju arah Demak melewati jalur Karanganyar yang sudah mulai surut sehingga bisa dilewati mobil. Mobil hitam itu kami geber dengan kecepatan 140 km/jam via tol Semarang - Sby. Keluar exit Nganjuk dan langsung menuju Ploso ponpes Al Falah itu. Alhamdulillah tepat maghrib kami sampai sana. Sebelumnya saya sudah nyari tempat makan Mbak Irah namanya. Resto yang menyajikan berbagai masakan sehingga bisa pilih sesuai selera. Kira-kira pukul 20.00 kami menuju ndalem Gus Kautsar dan diminta menunggu karena beliau ada rutinitas balagh Romadlon.
Pukul 22.30 kami bisa bertemu Gus Kautsar yang sangat khas dengan logat jawa timurnya itu. Saking pundi pak? Kudus Gus jawab kami. Badhe nopo? Bade ngaturi ngisi acara Alumni Qudsiyyah, jawab saya. Kapan? Mbenjing syawwal wekdale sak sagete njenengan. Waduh matek aku, jawab khas beliau. Bodho aku jatah ngisi ning luarJawa wis dijadwal ambi pondok jawab beliau. Kami pun tetap memelas supaya beliau berkenan mengisi di acara kami. Akhirnya kami pun diminta memberikan nomor yang bisa dihubungi untuk coba dijadwalkan agenda yang searah.
Selesai sowan Gus Kautsar teman saya ngajak untuk Ziarah ke makam Gus Miek, salah satu masyayikh Ploso yang terkenal kewaliannya itu. Selesai dari Gus Miek saya pun ganti minta untuk ziarah ke makam Syekh Ihsan Jampes. Kalau tadi tidak jadi ziarah ke Syekh Zubair bin Dahlan, maka harus ganti ziarah ke makam temannya Syekh Zubair bin Dahlan yaitu Syekh Ihsan bin Dahlan Jampes. Kyai yang terkenal sebagai pengarang Sirojut Tholibin Syarah minhajul Abidin itu.
Syekh Ihsan Jampes ini adalah salah satu kyai Jawa yang dikagumi Mbah Maimun Zubair. Beliau tidak pernah mengenyam pendidikan di Timur Tengah tapi punya maharoh menulis kitab dengan bahasa arab yang fasih. Mbah Maimun pernah cerita, Bapak (mbah Zubair) pernah berkunjung ke Syekh Ihsan dan berbicara menggunakan bahasa arab. Syekh Ihsan pun selalu menjawab "Gih Yai Gih Yai" ngapunten Yai kulo niku mboten saged ngomong bahasa arab. Mbah Zubair pun bingung, entah ini ketawadhuan Syekh Ihsan atau apa wallahu a'lam. Saat ziarah saya pun tidak lupa untuk membaca hadhroh ke Syekh Zubair Dahlan dan tentunya kepada simbah Maimun Zubair Dahlan. Semoga kami mendapat barokah dari shohibul makam. Amiin.

Sabtu, 02 Maret 2024

Malam Sholawat Simfoni Menjemput Romadlon 1445 H bersama Arridwan Almarashli Ensemble



By : Ibuk Elin


Waktu pertama kali dikabari pak Isbah Kholili seminggu sebelumnya, ibuk udah upyek briefing Yahya Balya untuk ambil kesempatan bisa duet bareng Almarashli. Qomarun, Assalamualaik, Ya Nabi, ya sholawatan2 yg sekiranya Yahya Balya bisa.

Sampailah di malam yg ditunggu2, ternyata posisi duduk guru putri agak jauh dari panggung. Bertahan beberapa menit sampai akhirnya ibuk dan 5 bocil bergeser ke musholla yg semakin jauh di pinggir, sambil mengamati kira2 bisa mendekat di posisi mana ya. Beruntungnya, masih ada space sedikit di area mbak2 rebana Mimil Mubarok yang tepat di bawah panggung, meluncurlah kami kesana.
Sholawat busyro, Ya Hanana, Tholama, Khoirol Bariyyah, Mughrom, dan sholawat2 lainnya mulai menyemarakkan suasana. Anak2 semangat bisa ngikutin teriak2 dari bawah panggung.
Tibalah saatnya pak Yaseen mengajak audience untuk pakai mic nyanyi bareng. Wah ini yg ditunggu.
Eh lhahkok ya lagunya Bahibbak wabaridak… Pelafalannya cukup sulit bagi yg jarang mendengar.
MC nyodorin mic ke mbak2 rebana, lha yo ga hafal. Mbak2 mulai bilang “bu Elin bu Elin bu Elin…”
Tangan gatel kudu ambil mic, tapi kok isin, insecure suarane kebanting, tapi tetep kuduuu… 😂
Akhirnya pake jalan tengah, kasih mic nya ke Yahya, ibuk mbisiki eh nggembori di mburinan. Dan tidak disangka, di tengah lagu, Balya dengan semangatnya ikut nyaut. Alhamdulillah tetep maceme cah cilik meski salah ambil nada.🤭
Pas nonton videonya di yutub, ibuknya nyesel kan, kenopo ga ambil kesempatan duet bareng. Ah inilah definisi “musuh terbesarmu adalah dirimu sendiri”. Nyari kesempatan begini juga kapan lagi.🙃
Tapi ya sudah, 30 detik yg berhasil terabadikan dari mburinan ini biar jadi kenang2an Yahya Balya pernah duet bareng Almarashli. Sambil mengamini doa yg disematkan akun resmi Almarashli
اللهم ارزق أطفالنا المحبة الكاملة للنبي الأعظم صلى الله عليه وسلم امين
 
Copyright © 2022 ISBAH KHOLILI. Designed by MikiAlQudsy