BREAKING NEWS

The Power Of Santri

Rabu, 14 Februari 2024

SDN 1 PADURENAN

 



Di ruang kelas inilah saya menghabiskan pendidikan dasar saya. Di desa yang asri bernama Padurenan yang kental dengan sejarah panjangnya. Desa ini kemungkinan besar mulai ramai setelah kedatangan Raden Muhammad Syarif, salah satu putra Tumenggung Yudhonegoro dari Sumenep Madura. Raden Muhammad Syarif memutuskan meninggalkan Sumenep karena kadipaten tersebut jatuh ke tangan Belanda buntut dari perjanjian Pakubowono I atau Pangeran Puger dengan VOC Belanda. Setelah Pakubuwono I menjadi raja di Surokarto dengan menyingkirkan keponakannya Amangkurat 3, kemungkinan besar Belanda mulai menduduki pulau Madura tak terkecuali Sumenep (Madura Timur).
Banyak sekali kenangan saya di SD ini. Saya pun masih ingat wali kelas saya. Kelas 1 bu Endang, kelas 2 pak Tajuddin, kelas 3 Bu Rusi, kelas 4 pak Suharto, kelas 5 bu Supri (kayaknya 😅), dan kelas 6 pak Suripto.
Dari semua wali kelas itu yang paling halus adalah bu Endang, mungkin karena anak didiknya masih kecil-kecil jadi sangat pas kalau beliau yang mengajar. Dan yang paling galak adalah bu Supri, wali kelas 5. Sabetan penggaris sudah menjadi makanan empuk tiap ditanya dan tidak bisa menjawab. Kondisi psikologis saat itu sudah biasa, jadi tidak mempermasalahkan dengan hukuman tersebut. Coba hal itu dipraktekkan sekarang, masuk penjara lah akhirnya.
Saya sudah tidak begitu hafal dengan teman-teman SD satu angkatan karena saya sendiri jarang ke Padurenan. Satu kelas sekitar 20 anak kayaknya atau 19 saya agak lupa. Mungkin yang masih bisa saya pantau Facebook nya adalah Ahmad Salamun NiLta Manzilah sedang yang lainnya gak tau entah kemana. Ingin sekali saya silaturrahim ke rumah pak Suripto, semoga saja ada kesempatan.
 
Copyright © 2022 ISBAH KHOLILI. Designed by MikiAlQudsy