BREAKING NEWS

The Power Of Santri

Senin, 20 Mei 2024

Alfiyyah Ibnu Malik




Alfiyyah..itulah nama nadhom fenomenal yang harus dihafal santri untuk memudahkan dalam memahami kaidah-kaidah nahwu. Setiap pesantren takhasus kitab pasti punya kurikulum kitab tersebut dan bahkan terkadang mewajibkan santrinya untuk menghafal.

Di Ponpes Qudsiyyah Putri , hafalan Alfiyyah juga menjadi syarat untuk kenaikan kelas selanjutnya.
Sebenarnya menghafal Alfiyyah itu mudah-mudah sulit, coro jowone gampang-gampang angel. Si Ipah mungkin beranggapan bahwa itu hal yang mudah, apalagi kalau santri tersebut santri yang polos ora neko-neko. Uripe ning pondok hanya ngaji, jamaah, ngapalke, taat aturan, manut guru pasti mudah untuk menghafalnya. Ibarate space otaknya masih kosong sehingga bisa diisi memori atau file sebanyak mungkin.
Namun bagi Siti yang rodo mbulet bocahe, ning omah dolalane hp wae sampai pondok yang dipikirannya adalah DM IG, Live tiktok, apalagi kalau sudah kenal garangan eh lanangan pasti merasa sulit untuk menghafal. Space otaknya mungkin hanya tinggal beberapa MB lagi seperti akun google Drive saya 😁. Mungkin cara untuk memulai hafalan adalah menghapus file-file besar yang ada di otak itu sehingga pikiran bisa fokus dan melupakan kenangan hpnya.
Alhamdulillah program yang kami bangun di ponpes ini mulai kelihatan hasilnya. Menurut saya, hasil ini bukan dari unsur pondok semata, namun juga kerjasama dengan madrasah untuk menyamakan persepsi dan program yang kita bangun. Di sini ada kelas unggulan kitab sehingga ada tambahan jam khusus untuk murojaah hafalan tiap hari. Semoga santri-santri yang telah menyelesaikan hafalan Alfiyyah senantiasa terjaga hafalannya dan dimudahkan dalam memahami kandungan bait-baitnya. Amiin

Sabtu, 13 April 2024

IKAQ (Putri)

 



Tak terasa sudah ada alumni pertama Qudsiyyah Putri. Masih ingat betul ketika awal-awal mereka di sini. Masih unyu-unyu, umbelen, nangisan, mbok-mbok en. Sekarang mereka sudah melanjutkan pendidikan atau kehidupan yang lebih tinggi. Sebelum mereka lulus, saya selalu berpesan untuk senantiasa menjaga murobathoh dengan almamater sehingga ora lali weton dan masih menjaga amaliyah Qudsiyyah.
Sudah sejak setahun yang lalu saya minta mereka untuk merajut semua alumni baik yang hanya lulusan MTs saja maupun yang lanjut di MA QP. Ada sekitar 90 santri yang terdata. Bahkan Syawwal tahun lalu mereka saya minta untuk mengadakan reuni sekaligus membentuk koordinator IKAQ (Putri) agar memudahkan komunikasi. Alhamdulillah antusias dalam pertemuan awal setahun lalu sangat tinggi.
Sebulanan yang lalu mereka menghubungiku lewat WA, kalau mau mengadakan reuni angkatan pertama. Saya selalu welcome jika mau mengadakan acara itu di Qudsiyyah Putri. Selain memudahkan akomodasi dan transportasi, juga untuk merecharge memori mereka selama tholabul ilmi di sini. Ojo lali guru-guru juga diundang, pinta saya. Semoga besok acaranya lancar dan sukses. Saya selalu doakan cita-cita kalian terwujud dan menjadi kebanggan kami di Qudsiyyah Putri karena kalian adalan angkatan pertama dan yang pertama pastilah selalu istimewa.

Jumat, 12 April 2024

Eid 1445 H

 


Tahun ini 1445 H akan menjadi usia matang saya, tepatnya nanti bulan Dzulhijjah. Genap 40 tahun sudah, namun saya merasa masih banyak kekurangan. Kurang ilmu, kurang ibadah, kurang anak 🤭
Ada satu hal yang ingin saya capai namun entah kapan dan mungkin kesampaian atau tidak. Setelah dari Sarang mestinya saya pingin menghafal Al Qur'an namun sampai sekarang belum kesampaian. Angen-angene yo setelah menikah sambil ngapalke, tapi ekspektasi tak sesuai realita 😅. Apalagi anake mbregudhul ditambah mendapat amanah sebagai khodim ma'had otomatis waktu sudah banyak tersita.
Di tahun ini juga, akan menjadi tahun penentuan saya. Akan banyak keputusan-keputusan penting yang harus saya ambil tahun ini. Semoga selalu dipernahke gusti Allah subhanahu wata'ala.
Selamat hari raya Idul Fitri 1445 H, Mohon Maaf atas segala Khilaf.
Usgan

Rabu, 27 Maret 2024

Syekh Ihsan bin Syekh Dahlan Jampes



Pagi itu kami berencana untuk menghadiri haul Syekh Zubair Dahlan di makam Simpek Sarang. Rencananya kami berangkat jam 11.00 sehingga sampai Sarang kira-kira jam 14.00. Kalau sampai makam sebelum ashar biasanya masih lengang jadi bisa langsung ziarah di depan pusara salah satu kyai alim di Sarang tersebut. Namun rencana tetaplah rencana. Sopir yang kami ajak untuk membawa kami itu tidak kunjung datang. Katanya jemput anaknya dulu tapi sampai jam 11.30 masih belum kelihatan.
Akhirnya jam 12.00 kami berangkat dari ponpes Qudsiyyah Putri menuju ke IAIN Kudus menjemput senior kami bapak Noor Aflah . Memang agenda kami setelah dari makam Syekh Zubair langsung menuju ke Ploso lewat Babat ke arah selatan. Kami mau sowan ke Gus Kautsar untuk ngaturi beliau mengisi acara di Kudus. Setelah kami pikir-pikir, ini kalau lewat Sarang, jalur Pantura biasanya macet dan akan semakin malam untuk sampai ke Ploso Kediri. Kami pun memutuskan untuk menangguhkan ziarah ke makam Mbah Zubair.
Kami pun putar balik lewat lingkar selatan menuju arah Demak melewati jalur Karanganyar yang sudah mulai surut sehingga bisa dilewati mobil. Mobil hitam itu kami geber dengan kecepatan 140 km/jam via tol Semarang - Sby. Keluar exit Nganjuk dan langsung menuju Ploso ponpes Al Falah itu. Alhamdulillah tepat maghrib kami sampai sana. Sebelumnya saya sudah nyari tempat makan Mbak Irah namanya. Resto yang menyajikan berbagai masakan sehingga bisa pilih sesuai selera. Kira-kira pukul 20.00 kami menuju ndalem Gus Kautsar dan diminta menunggu karena beliau ada rutinitas balagh Romadlon.
Pukul 22.30 kami bisa bertemu Gus Kautsar yang sangat khas dengan logat jawa timurnya itu. Saking pundi pak? Kudus Gus jawab kami. Badhe nopo? Bade ngaturi ngisi acara Alumni Qudsiyyah, jawab saya. Kapan? Mbenjing syawwal wekdale sak sagete njenengan. Waduh matek aku, jawab khas beliau. Bodho aku jatah ngisi ning luarJawa wis dijadwal ambi pondok jawab beliau. Kami pun tetap memelas supaya beliau berkenan mengisi di acara kami. Akhirnya kami pun diminta memberikan nomor yang bisa dihubungi untuk coba dijadwalkan agenda yang searah.
Selesai sowan Gus Kautsar teman saya ngajak untuk Ziarah ke makam Gus Miek, salah satu masyayikh Ploso yang terkenal kewaliannya itu. Selesai dari Gus Miek saya pun ganti minta untuk ziarah ke makam Syekh Ihsan Jampes. Kalau tadi tidak jadi ziarah ke Syekh Zubair bin Dahlan, maka harus ganti ziarah ke makam temannya Syekh Zubair bin Dahlan yaitu Syekh Ihsan bin Dahlan Jampes. Kyai yang terkenal sebagai pengarang Sirojut Tholibin Syarah minhajul Abidin itu.
Syekh Ihsan Jampes ini adalah salah satu kyai Jawa yang dikagumi Mbah Maimun Zubair. Beliau tidak pernah mengenyam pendidikan di Timur Tengah tapi punya maharoh menulis kitab dengan bahasa arab yang fasih. Mbah Maimun pernah cerita, Bapak (mbah Zubair) pernah berkunjung ke Syekh Ihsan dan berbicara menggunakan bahasa arab. Syekh Ihsan pun selalu menjawab "Gih Yai Gih Yai" ngapunten Yai kulo niku mboten saged ngomong bahasa arab. Mbah Zubair pun bingung, entah ini ketawadhuan Syekh Ihsan atau apa wallahu a'lam. Saat ziarah saya pun tidak lupa untuk membaca hadhroh ke Syekh Zubair Dahlan dan tentunya kepada simbah Maimun Zubair Dahlan. Semoga kami mendapat barokah dari shohibul makam. Amiin.

Sabtu, 02 Maret 2024

Malam Sholawat Simfoni Menjemput Romadlon 1445 H bersama Arridwan Almarashli Ensemble



By : Ibuk Elin


Waktu pertama kali dikabari pak Isbah Kholili seminggu sebelumnya, ibuk udah upyek briefing Yahya Balya untuk ambil kesempatan bisa duet bareng Almarashli. Qomarun, Assalamualaik, Ya Nabi, ya sholawatan2 yg sekiranya Yahya Balya bisa.

Sampailah di malam yg ditunggu2, ternyata posisi duduk guru putri agak jauh dari panggung. Bertahan beberapa menit sampai akhirnya ibuk dan 5 bocil bergeser ke musholla yg semakin jauh di pinggir, sambil mengamati kira2 bisa mendekat di posisi mana ya. Beruntungnya, masih ada space sedikit di area mbak2 rebana Mimil Mubarok yang tepat di bawah panggung, meluncurlah kami kesana.
Sholawat busyro, Ya Hanana, Tholama, Khoirol Bariyyah, Mughrom, dan sholawat2 lainnya mulai menyemarakkan suasana. Anak2 semangat bisa ngikutin teriak2 dari bawah panggung.
Tibalah saatnya pak Yaseen mengajak audience untuk pakai mic nyanyi bareng. Wah ini yg ditunggu.
Eh lhahkok ya lagunya Bahibbak wabaridak… Pelafalannya cukup sulit bagi yg jarang mendengar.
MC nyodorin mic ke mbak2 rebana, lha yo ga hafal. Mbak2 mulai bilang “bu Elin bu Elin bu Elin…”
Tangan gatel kudu ambil mic, tapi kok isin, insecure suarane kebanting, tapi tetep kuduuu… 😂
Akhirnya pake jalan tengah, kasih mic nya ke Yahya, ibuk mbisiki eh nggembori di mburinan. Dan tidak disangka, di tengah lagu, Balya dengan semangatnya ikut nyaut. Alhamdulillah tetep maceme cah cilik meski salah ambil nada.🤭
Pas nonton videonya di yutub, ibuknya nyesel kan, kenopo ga ambil kesempatan duet bareng. Ah inilah definisi “musuh terbesarmu adalah dirimu sendiri”. Nyari kesempatan begini juga kapan lagi.🙃
Tapi ya sudah, 30 detik yg berhasil terabadikan dari mburinan ini biar jadi kenang2an Yahya Balya pernah duet bareng Almarashli. Sambil mengamini doa yg disematkan akun resmi Almarashli
اللهم ارزق أطفالنا المحبة الكاملة للنبي الأعظم صلى الله عليه وسلم امين

Rabu, 14 Februari 2024

SDN 1 PADURENAN

 



Di ruang kelas inilah saya menghabiskan pendidikan dasar saya. Di desa yang asri bernama Padurenan yang kental dengan sejarah panjangnya. Desa ini kemungkinan besar mulai ramai setelah kedatangan Raden Muhammad Syarif, salah satu putra Tumenggung Yudhonegoro dari Sumenep Madura. Raden Muhammad Syarif memutuskan meninggalkan Sumenep karena kadipaten tersebut jatuh ke tangan Belanda buntut dari perjanjian Pakubowono I atau Pangeran Puger dengan VOC Belanda. Setelah Pakubuwono I menjadi raja di Surokarto dengan menyingkirkan keponakannya Amangkurat 3, kemungkinan besar Belanda mulai menduduki pulau Madura tak terkecuali Sumenep (Madura Timur).
Banyak sekali kenangan saya di SD ini. Saya pun masih ingat wali kelas saya. Kelas 1 bu Endang, kelas 2 pak Tajuddin, kelas 3 Bu Rusi, kelas 4 pak Suharto, kelas 5 bu Supri (kayaknya 😅), dan kelas 6 pak Suripto.
Dari semua wali kelas itu yang paling halus adalah bu Endang, mungkin karena anak didiknya masih kecil-kecil jadi sangat pas kalau beliau yang mengajar. Dan yang paling galak adalah bu Supri, wali kelas 5. Sabetan penggaris sudah menjadi makanan empuk tiap ditanya dan tidak bisa menjawab. Kondisi psikologis saat itu sudah biasa, jadi tidak mempermasalahkan dengan hukuman tersebut. Coba hal itu dipraktekkan sekarang, masuk penjara lah akhirnya.
Saya sudah tidak begitu hafal dengan teman-teman SD satu angkatan karena saya sendiri jarang ke Padurenan. Satu kelas sekitar 20 anak kayaknya atau 19 saya agak lupa. Mungkin yang masih bisa saya pantau Facebook nya adalah Ahmad Salamun NiLta Manzilah sedang yang lainnya gak tau entah kemana. Ingin sekali saya silaturrahim ke rumah pak Suripto, semoga saja ada kesempatan.
 
Copyright © 2022 ISBAH KHOLILI. Designed by MikiAlQudsy