Padurenan merupakan salah satu desa kecil di kecamatan Gebog Kabupaten Kudus. Berbicara mengenai desa padurenan tak bisa lepas dari punden desa yaitu Raden Muhammad Syarif. Menurut buku sejarah desa padurenan yang dikarang oleh Kyai Zubai dari Wergu, Raden Muhammad Syarif ini merupakan putra dari Pangeran Yudhonegoro atau dikenal dengan Macan Wulung. Pangeran Yudhonegoro juga dikenal dengan nama Raden Bugan yang menjadi Raja Sumenep pada tahun 1648-1672 M.
Jika menilik dari tahun itu, maka Raden Bugan hidup pada zaman Amangkurat I (1646-1677). Dan dengan demikian, Raden Muhammad Syarif diperkirakan hidup pada akhir abad 16 M dan awal abad 17 M.
Desa padurenan dulu dikenal dengan para Ulama' dan kaum santrinya. Saya pernah ngobrol-ngobrol dengan mertua saya. Beliau bilang : "Disik iku sing terkenal gone kyai-kyai cuma telu, Kudus Wetan ning Kauman Jekulo, Kudus Kulon ning Kauman Menoro, Kudus lor ning Ndorenan". Memang dulu desa Padurenan cukup terkenal dengan para Kyai dan Ulama'nya.
Sepeninggal Raden Muhammad Syarif ada Mbah Singo Dito. Lalu ada Ki Wolo Dombo yang ahli dalam ilmu tauhid. Menurut cerita, dulu kyai-kyai Kudus kalau memaknai فقط mereka memaknai dengan mongko ki Wolo tok. Artinya, hanya Ki Wolo yang faham secara detail tentang ilmu Tauhid. Lalu di era tahun 1900 an, ada banyak kyai yang terkenal. Diantaranya, Mbah Nawawi, Mbah Anwar, Mbah Ali Qori', Mbah Rajab, Mbah Maslani, Mbah Khudlori, Mbah Mawardi, dan Mbah Hasyim.
Untuk Mbah Rajab sendiri adalah teman seangkatan dengan Mbah Raden Asnawi. Ketika mereka berdua berkumpul dalam suatu majlis, maka Mbah Asnawi meminta agar yang berdo'a adalah Mbah Rajab karena dianggap lebih sepuh. Lalu Mbah Hasyim sendiri adalah guru dari habib Ali Mayong. Saya pernah mendapat cerita dari Pak dhe Mahfudz Noor, bahwa beliau pernah diajak oleh habib Ali untuk berziarah ke makam gurunya di Padurenan. Setelah sampai di makam Mbah Hasyim, habib Ali menangis sejadi jadinya. Setelah ditanya, habib Ali menjawab : "itu adalah makam guruku yang sangat Alim, tapi masyarakat tidak banyak yang tau". Sedang mbah Mawardi adalah kyai kharismatik yang memiliki ilmu linuwih. Orang-orang tua pasti cukup mengenal dengan kyai yang biasa dipanggil Mbah Mawar itu.
Sekarang ini boleh saya katakan desa padurenan sedang krisis kyai. Mungkin karena pergeseran zaman atau memang wis wayahe. Semoga kedepannya, desa padurenan bisa menelurkan kembali kyai-kyai dan ulama' yang bisa menjadi rujukan ummat.
Posting Komentar