BREAKING NEWS

The Power Of Santri

Sabtu, 11 September 2021

Sejarah Madrasah Qudsiyyah

Madrasah Qudsiyyah adalah salah satu madrasah tertua di kota Kudus, Jawa Tengah. Di ‘Kota Kretek’ ini, Madrasah Qudsiyyah tidak serta-merta lahir dan menjadi besar, melainkan mengalami proses jatuh bangun dan lika-liku yang cukup melelahkan. Mengingat posisi strategisnya yang berada di dekat makam Sunan Kudus, Qudsiyyah kini menjelma menjadi madrasah yang bersejarah. Sebelum organisasi Budi Utomo menggelorakan Kebangkitan Nasional pada 1920, Madrasah Qudsiyyah telah berdiri tegak mengembangkan sayap-sayap pendidikan agama yang anti penjajah. Sejak 1917, kegiatan belajar mengajar telah dimulai kendati saat itu belum memiliki nama dan tempat belajar yang pasti. Dua tahun kemudian, tepatnya pada 1919 (1337 H), KH Raden Asnawi secara resmi mendirikan Madrasah Qudsiyyah. Sejarah mencatat, Mbah Asnawi, panggilan akrab salah satu pendiri NU ini, adalah keturunan ke XIV Sunan Kudus sekaligus keturunan Syeikh Ahmad Mutamakkin, seorang wali kelahiran Pati yang hidup pada zaman Sultan Agung Hanyokrokusumo. Karena itu, wajar jika terdapat keselarasan garis perjuangan Mbah Asnawi dengan para leluhurnya baik dalam pola pendidikan maupun dimensi penegakan reputasi agama Islam. Nama Qudsiyyah, diambil dari kata Quds yang berarti suci sekaligus nama kota tempat kelahiran madrasah tersebut. Maksud penggunaan nama itu agar apa yang diajarkan serta diamalkan di madrasah menjadi benar-benar suci dan murni, tidak dicampuradukkan dengan hal yang tidak baik. Hingga tahun 1929, Madrasah Qudsiyyah dipimpin langsung KH R Asnawi selaku kepala sekolah didampingi KH Shofwan Durri. Setelah itu, hingga tahun 1935 Qudsiyyah dipimpin Kiai Tamyis lantaran Mbah Asnawi sendiri sibuk di pesantren yang didirikannya sejak 1927, yakni Pesantren Raudlatuth Thalibin, Bendan-Kerjasan-Kudus. Masa menjelang kemerdekaan (1943-1950) disebut-sebut sebagai era kemunduran Qudsiyyah. Namun, setelah tahun 1950 Madrasah Qudsiyyah kembali bangkit. Itulah salah satu alasan Mbah Asnawi tidak menyebut Qudsiyyah sebagai pesantren karena telah mendirikan pesantren Raudlatuth Thalibin. Meski sudah ada pesantren, namun madrasahnya lebih terkenal karena lebih dahulu lahir. 

SIFAT,VISI dan MISI Qudsiyyah 
SIFAT : Madrasah ini adalah Madrasah penyelenggara pendidikan yg beraqidah islam Ala Ahlissunnah Waljama'ah menurut pandangan ulama Salaf. 
VISI : Visi Madrasah adalah terwujudnya insan yang Tafaqquh Fiddin beramal shalih dan beraklaq karimah dalam rangka mencapai kebahagiaan dunawi dan ukhrowi. 
MISI : Misi Madrasah ialah menanamkan ajara Islam dan ilmu-ilmu terkait secara terpadu melalui pendidikan yang formal, non formal,maupun informal yang dilaksakan secara Islam dan terjangkau oleh segala lapisan masyarakat. 

Madrasah Qudsiyyah merupakan lembaga pendidikan Islam yang masih konsisten mempertahankan nilai-nilai salafiyah sekaligus merespon perkembangan masa kini secara proporsional. Baik pada sisi kelembagaan maupun sisi kurikulumnya. Itulah sebabnya, para wali santri bangga mengirimkan anaknya ke Qudsiyyah. Kendati tanpa promo melalui spanduk, selebaran, atau yang lain, pendaftar di Qudsiyyah pada tiap tahun ajaran baru tetap standar. Saat ini (tahun ajaran 2020-2021), Madrasah Qudsiyyah memiliki santri sekitar 3.000 baik putra maupun putri. Prestasi Qudsiyyah yang masih tetap dan terus bertahan adalah kemampuannya mempertahankan, melestarikan, sekaligus menanamkan nilai-nilai salafiyah kepada santri. Kurikulum yang diajarkan adalah perpaduan dari kurikulum Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, kurikulum Kementerian Agama, dan sekaligus kurikulum muatan lokal berupa pembelajaran turats atau kitab kuning yang bersumber dari tradisi keilmuan Ahlussunnah wal Jama’ah. 

Madrasah Qudsiyyah telah meraih berbagai prestasi, baik nasional maupun regional, diantaranya bidang Karya Tulis Ilmiah, bahtsul kutub, pidato bahasa Arab-Inggris, teater, dan pernah menjuarai pembuatan film dokumenter tingkat nasional. Untuk kegiatan ekstrakurikuler, misalnya, Gerakan pramuka Ambalan KHR Asnawi Madrasah Qudsiyyah Kudus juga sering menorehkan prestasi. Keunikan lain di Madrasah Qudsiyyah adalah adanya pelajaran Falak yang sangat mengesankan. Setiap akhir bulan sya’ban Tim Falak Madrasah Qudsiyyah selalu mengirim delegasi untuk ikut serta memantau hilal awal Ramadhan. 

Madrasah Qudsiyyah juga dikenal sebagai madrasah sumber sholawat. Sholawat Asnawiyah mewarisi satu karya legendaris yang sudah popular di dunia grup rebana. Sholawat gubahan sang pendiri, KH Raden Asnawi, ini tergolong unik dan menarik. Pasalnya, dalam liriknya menggambarkan kecintaan dan nasionalisme yang tinggi bagi republik ini. Dalam teks sholawat tersebut, Mbah Asnawi berharap Indonesia selalu aman, damai, dan masyarakatnya sejahtera, sehingga menjadi negeri yang baldatun thoyyibatun warabbun ghafur. Qudsiyyah berupaya terus melestarikan ajaran-ajaran sang pendiri. Salah satu yang terus digencarkan adalah memopulerkan sholawat tersebut. Selain di ranah kesenian melalui Grup Rebana Al-Mubarok Qudsiyyah yang selalu menyenandungkan sholawat tersebut, Qudsiyyah juga berupaya mengenalkan sholawat kebangsaan ini di kancah nasional. Inilah selengkapnya Sholawat Asnawiyah:
Yaa rabbi shalli ‘ala rasuul # li muhammadin sirril ‘ulaa 
Wal anbiyaa’ wal mursaliin # al ghurri khatman awwalaa 
Yaa rabbi nawwir qalbanaa # binuri quraanin jala 
Waftah lanaa bidarsin aw # qiraatin turattalaa 
Warzuq bifahmil anbiyaa # lanaa wa ayya mantalaa 
Tsabbit bihi iimananaa # dunya wa ukhran kamila 
Aman aman aman aman # Indonesia Raya aman 
Amin amain amin amin # Yaa rabbi rabbal ‘alamin 
Amin amin amin amin # wayaa mujiibassailiin

Share this:

Posting Komentar

 
Copyright © 2022 ISBAH KHOLILI. Designed by MikiAlQudsy